Wednesday, 23 March 2011

Analisis Politik: Motivasi Dibalik Agresi Sekutu Terhadap Libiya

Serangan Sekutu atas Libiya konon adalah untuk melaksanakan resolusi PBB dalam menjaga zona larangan terbang. Tetapi saat ini serangan itu telah berjalan diluar batas yang direkomendasikan PBB. Walhasil seluruh dunia mengutuk agresi ini. akan tetapi AS dan sekutu tak lagi memperhatikan kutukan ini. Dengan dalih membela hak-hak sipil serangan ini terus dilancarkan. Benarkah Sekutu begitu berbaik hati untuk menolong rakyat Libiya? Hal ini menarik untuk kita jelaskan kepada umat. sebab kita semua tahu dalam benak para kapitalis berlaku kaidah “No Free Lunch” alias tidak ada makan siang gratis. Sehingga bagi orang-orang yang mengerti karakter dasar para kapitalis ini, maka dalil menolong rakyat sipil dari amukan Kadafi adalah bagaikan tipuan di siang bolong. Setelah mengikuti beberapa berita yang ada di situs-situs internet, nampaknya opini yang sedang berkembang saat ini adalah Amerika berperang demi minyak bukan untuk oposisi. Benarkah demikian satu sisi hal ini benar, tetapi di sisi yang lain sebenarnya hal itu tidak benar seratus persen. Sebagai sebuah negara yang kaya minyak tentu potensi Libiya sangat menggiurkan bagi negara-negara Kapitalis. Sehingga apabila ada negara kapitalis yang mengabaikan potensi ini pasti akan sangat rugi.
Sebenarnya ada cerita lain dibalik serangan sekutu kepada Libiya selain kepetingan akan minyak. Dalam artikel yang saya tulis beberapa minggu yang lalu “Revolusi Arab dan Peluang Berdirinya Khilafah” telah saya jelaskan beberapa gelombang “revolusi” yang terjadi di dunia Arab. Yang pertama: revolusi tak terduga, yang terjadi di Tuniasia, kedua: revolusi terbelokan, yang terjadi di Mesir. ketiga: revolusi terekayasa, yang terjadi dibeberapa negeri Arab. Pada saat ini telah terjadi revolusi gelombang keempat, yakni revolusi yang tak terkendali. Revolusi gelombang keempat ini awalnya adalah revolusi yang terekayasa tetapi dalam perjalanannya revolusi ini berjalan tak terkendali. Penyebab tak terkendalinya revolusi ini disebabkan salah perhitungan dari Amerika, dimana AS tidak memperhatikan bagaimana kondisi gerakan-gerakan Islam yang ada di negeri-negeri tersebut. AS mengira gerakan-gerakan Islam masih tidak terlalu kuat. Akan tetapi perkiraan itu meleset. Saat ini gerakan-gerakan Islam dalam kondisi yang cukup matang untuk mengendalikan umat. Walhasil kepemimpinan revolusi ini telah diambil alih oleh gerakan-gerakan ini yang menyebabkan opini yang berkembang ditengah-tengah demonstrasi adalah opini kerinduan umat kepada Islam. Kondisi seperti ini bisa kita saksikan di dalam demonstrasi-demonstrasi yang terjadi. Tuntutan-tuntutan demonstrasi adalah tuntutan untuk kembali kepada Islam. Bukan sekedar menjatuhkan rezim saja. Begitu kuatnya opini kembali kepada Islam di dunia Arab, menyebabkan AS semakin khawatir. Di Libiya gerakan kembali pada Islam ini telah di mempengaruhi kekuatan oposisi yang kini telah bersentuhan dengan dukungan militer. Bila kekuatan opini ini telah mersatu dengan militer, maka pintu nasrullah tinggal selangkah lagi. Hal inilah yang menjadi motivasi terkuat AS untuk menyerang Kadafi lebih dulu. Dengan menyerang Kadafi secara militer AS berharab dapat meraih beberapa tujuan sekaligus. Adapun tujuan-tujuan tersebut adalah: pertama AS berusaha mendapat simpati hati rakyat, dengan menaklukan Kadafi, AS berharap rakyat akan menganggap AS sebagai penolong rakyat Libiya. Kedua dengan menaklukan Kadafi AS akan berperan mengatur pemerintahan transisi sehingga menutup pintu gerakan-gerakan Islam untuk mengambil alih kepemimpinan. Ketiga AS juga dapat mengatur pembagian “harta rampasan perang” yang berupa minyak sesuai dengan kepentingannya bersama dengan negara-negara sekutu lainya. Keempat serangan kali ini juga dimaksudkan AS untuk mengambil alih hegemoni Eropa dalam hal ini adalah Italia atas Libiya, sekedar diketahui sebenarnya dalam tubuh sekutu sendiri juga terdapat persaingan antara AS dan Eropa.
Inilah alasan-alasan mengapa AS menyerang Libiya. Jadi kalau kita menganggap serangan ini hanya semata-mata karena minyak, maka anggapan ini adalah salah. Motivasi idiologi adalah motivasi utama atas penyerangan ini. Dimana potensi kemunculan kekuatan Islam sudah ada di depan mata. Maka agar jangan sampai membesar, AS segera mengambil langkah cepat untuk membunuhnya lebih awal. Sungguh hal ini justru akan membangkitkan semangat tempur kaum muslimin. Selain itu solidaritas kaum muslimin akan semakin mengental, sebab hal ini adalah merupakan karakter dasar kaum muslimin. Ingat Islam adalah agama perjuangan, sudah sejak dilahirkan Islam adalah agama perjuangan. Sejarah telah membuktikan bahwa kaum muslimin adalah kaum yang tak pernah dapat ditundukan dengan pertempuran fisik. Jadi mengalahkan kaum muslimin dengan pertempuran fisik hanya akan menambah-nambah kelemahan AS saja. Saat ini AS tengah menderita masalah keuangan yang akut akibat peperangan dengan Irak, dan Afghanistan. dengan menambah jumlah medan tempur berarti telah menambah masalah AS sendiri. AS lupa bahwa perang itu tidak hanya kemenangan saja yang harus dipikirkan, tetapi resiko kekalahan juga harus dipikirkan. Dengan berbekal percaya diri yang kelewatan karena merasa persenjataannya paling modern dan sekutunya banyak AS kini telah menggali kuburannya sendiri. terakhir Ingatlah Allah berfirman:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
"Mereka membuat Makar dan Allah pun membuat Makar. Dan Allah itu Maha Pembuat Makar". (QS. Ali Imron : 54).

Wallahu a'lam bish showab

Sunday, 13 March 2011

HIDUP KITA INI SEBENARNYA KURANG LEBIH HANYA 2 MENIT 1 DETIK

Lebih 1400 tahun yang lalu Rasulullah SAW panutan kita yang mulia pernah mengigatkan kita dalam sabdanya :
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing, atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat.” (HR Bukhari)
Pesannya cukup singkat tapi sarat dengan makna. Mengapa kita diminta membandingkan hidup ini dengan seorang musafir yang sedang bepergian? Marilah kita sejenak membayangkan diri kita menjadi seorang musafir. Apa kira-kira yang akan kita rasakan ketika kita sedang melakukan perjalanan menuju satu tujuan. Tentulah kita tidak merasa senang dengan keadaan safar kita, karena kita memahami bahwa kita pergi hanya sementara, apa yang menyertai kita dalam perjalanan  semuanya  akan kita tinggalkan, misalnya teman seperjalanan, tempat-tempat yang kita singgahi, harta yang kita bawa semuanya akan habis dan meninggalkan kita  satu persatu. Selain itu mengapa kita tidak suka dengan perjalanan kita, karena kita merindukan berkumpul kembali dengan keluarga di tempat asal kita. Jakarta adalah kota perantauan, banyak diantara warga yang tinggal di Jakarta adalah orang perantauan yang hanya sekedar mencari rizki di ibu kota. Mereka rela tinggal dikamar kost yang kecil, padat dan kumuh asal dapat mengirim uang ke sanak family di kampung halaman. Banyak di antara warga Jakarta yang tidak memiliki rumah tetap di Jakarta asal dapat membangun rumah yang megah di daerah asal. Seperti itulah laiknya seorang muslim memandang kehidupan. Tak lebih dari sekedar menjalani kehidupan bak seorang musafir yang meyakini kelak harus pulang ke kampung halamannya. Mengapa demikian sebab asal dari semua manusia adalah dari surga. Ya kampung halaman kita adalah di surga, sebagaimana asal dari nenek moyang kita Nabi Adam As dan Ibunda Hawa yang tinggal disurga sebelum dibujuk dan dirayu oleh Iblis laknatullah alaih hingga akhirnya diturunkan oleh Allah ke dunia.
               Kita hidup di dunia benar-benar sebagai seorang musafir yang kelak akan pulang ke tempat asal kita di surga. Akan tetapi Iblis dan syetan anakbuahnya tidak rela membiarkan kita kembali pulang ke rumah kita. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyesatkan kita hingga kita tersesat dan tidak tahu jalan pulang ke rumah. Itulah sumpah Iblis sebagaiman di jelaskan oleh Allah:
“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (QS. Al Hijr: 39-40)
Oleh karena itu banyak manusia yang tertipu oleh Iblis dan syetan. Mereka lupa bahwa mereka ada di dunia hanyalah sementara. Mereka benar-benar lupa. Mengapa dikatakan lupa? Orang lupa bukanlah orang yang tidak mengerti. Mayoritas mereka ketika ditanya tentang akhirat mereka pasti tahu. Tetapi karena tipu daya iblis dan syetan akhirnya mereka terlena dengan asyiknya hidup di dunia. Dunia seakan segala-galanya. Mereka rela berperang, saling bermusuhan, saling intrik dan adu siasat hanya gara-gara urusan dunia. Inilah tipuan iblis dan syetan yang benar-benar nyata.
Agar kita tidak tertipu oleh manis urusan dunia ada baiknya kita renungkan nasihat bijak dari khalifah ke dua Amirul Mukminin Umar ibnu Khatthab:
”Letakkan kehidupan dunia itu dalam gengaman tangan anda, jangan letakkan dunia didalam hati anda.”
Bagaimana bila kita meletakkan “sesuatu” itu  ditangan kita? Bisakah “sesuatu” itu kita lemparkan menjauh dari kita? Bisakah “sesuatu” itu kita masukan ke dalam saku kita? Tentu jawabannya adalah bisa. Mengapa? Karena sesuatu itu ada di tangan kita pastilah ada di dalam kendali kita mau kita apakan saja bisa. Kita tinggalkan bisa, kita lempar bisa, kita berikan ke seseorang juga bisa. Sebab semuanya masih ada dalam kendali kita. Hal ini akan lain bila “sesuatu” itu ada dalam “hati” kita. Sebab sesautu yang sudah melekat di dalam hati akan sulit kita lepaskan. Dan bila kita lepaskan, maka biasanya akan terasa sakit. Oleh karena itu nasihat sang khalifah ini benar-benar bijak. Letakkan dunia ini hanya sebatas di dalam genggaman tangan saja. Jangan sampai masuk ke hati. Iblis dan setan berusaha merayu kita untuk meletakkan dunia itu tidak hanya di dalam genggaman tangan tetapi sampai masuk ke hati.
               Khalifah Umar inbu Khatthab benar. Mengapa dunia cukup hanya kita letakkan di dalam genggaman dan tidak dalam hati. Sebab nilai dunia bila dibandingkan dengan nikmat akhirat adalah tiada bandingnya. Perhatikanlah sabda Rasulullah SAW tentang nilai dunia:
“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan,maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat? (HR Muslim)
Pertanyaannya seberapakah banyak air yang mampu kita angkat dengan jari kita? Setetes, dua tetes, atau baling banyak tiga tetes. Itulah nikmat dunia bila dibandingkan dengan nikmat akhirat. Lantas seberapakah nikmat akhirat itu? Nikmat akhirat itu adalah air sebanyak lautan itu sendiri. Luar biasa, itulah kata yang pantas kita ucapkan. Sebab bila kita mau bersabar sedikit dikehidupan dunia ini tentulah kita akan termasuk orang-orang yang beruntung. Bagaimana tidak beruntung? perniagaan mana yang bisa mendatangkan keuntungan seperti ini? Hanya modal setetes, dua tetes mendapatka seluruh air dilautan. Sungguh perniagaan yang menguntungkan. Alangkah ringannya hanya dengan meletakkan dunia di dalam genggaman, kita akan mendapatkan keuntungan perniagaan yang sangat besar.
Bila paragraf di atas bercerita tentang perbedaan “kualitas nikmat” dunia dan akhirat. Maka marilah kita renungkan pula perbandingan dari segi “waktu”  antara kehidupan dunia dan akhirat. Lamakah perantauan ini? Marilah kita berhitung. Manusia zaman ini hidup dengan umur rata-rata 70 tahun, Rasulullah Muhammad SAW berumur hingga 63 tahun. Apakah ini termasuk masa yang lama? Dalam Al Quran Allah bertanya:
"Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui  (QS Al Mu’minuun : 112-114)
Dari ayat di atas ada sesuatu yang menarik yang perlu kita cermati. Allah bertanya kepada manusia berapa tahun? Tetapi jawaban manusia ternyata sehari atau setengah hari. Apakah ada yang salah dalam teks Al Quran yang mulia tersaebut? Ternyata tidak . Allah bertanya berapa tahun dan manusia menjawab sehari atau setengah hari ini menunjukan adanya perbedaan perhitungan waktu antara dunia dan akhirat. Hitungan tahunan dalam sekala kehidupan dunia setara dengan hitungan hari di akhirat. Dari sini kita tahu bahwa ternyata waktu kita hidup di dunia bila dibandingkan dengan bentangan waktu di akhirat sungguh tidaklah setara. Bila kita simak ayat-ayat berikut tentu kita akan lebih mengetahui betapa waktu dunia tidaklah berarti bila dibadingkan perhitungan-perhitungan waktu di akhirat:
               “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari (QS An Naazi’aat : 46)
               “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka,(mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia)hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk (TQS Yunus [10] : 45)
Allah berkuasa atas waktu, di akhirat waktu benar-benar  tidak setara dengan perbandingan waktu di dunia. Hal ini memberi pelajaran bagi kita bahwa perantauan kita ini benar-benar singkat. Sehingga Rasulullah tidaklah salah bila menambahi di akhir hadit dengan kata-kata  “atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat.”
Baiklah kita lebih mengerucut lagi, bila waktu diakhirat sangat tak terbatas, marilah kita hitung perbandingan rata-rata umur manusia di dunia dengan perbandingan lama penantian kita di padang masyhar saja. Rasulullah SAW bersabda:
“Bagaimana keadaan kalian jika Allah mengumpulkan kalian di suatu tempat , seperti berkumpulnya anak-anak panah di dalam wadahnya selama 50.000 tahun dan Dia tidak menaruh kepedulian terhadap kalian?” (HR Hakim dan Thabrani)
maka perantauan kita di dunia bila dibandingkan dengan lamanya kita menunggu di padang masyar untuk dikhisab hanyalah terasa selama : 2 menit 1 detik.  Sungguh benar apa yang disampaikan Rasulullah hidup senilai 2 menit 1 detik bila dibandingkan dengan waktu di padang masyar, bak air setetes dibandingkan air seluruh lautan.
               Maka untuk wahai saudaraku sungguh jangan sampai kita terlena dengan kehidupan dunia. Karena hidup bagai perantauan seorang musafir yang hanya berlalu sekejab saja dan kita akan pulang ke kampung halama kita selama-lamanya. Letakkan dunia hanya di dalam genggaman saja sebab bila dalam hati kita akan sulit melepaskannya dan kitapun akan kehilangan kesempatan pulang ke rumah kita di surga selama-lamanya. Janganlah kita termasuk orang-orang yang merugi sebab kita tidak tahu kapan ajal kita tiba.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati .”(QS al Anbiya [21] : 35)
Dan bila ajal itu telah tiba, maka tak dapat seorangpun mengundurnya:
“Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).” (QS Yunus : 49)
Yaa Allah saksikan bahwa aku telah menyapaikan
Wallahu A’lam bish Showab [win]

Thursday, 3 March 2011

Hizbut Tahrir dan Pemboikotan Media Massa


Di tengah-tengah kaum Muslim berlangsung berbagai insiden mengejutkan dan tiba-tiba, yang terjadinya tidak terbayangkan sebelumnya oleh kebanyakan orang. Menyaksikan berbagai insiden ini, ada sebagian orang yang bertanya-tanya, di mana Hizbut Tahrir terkait apa yang terjadi di tengah-tengah kaum Muslim ini? Bagaimana sikapnya terkait berbagai insiden ini? Mengapa media massa sama sekali tidak mempublikasikan informasi yang menunjukkan sikap dan aktivitas Hizbut Tahrir? Mengapa gerakan-gerakan yang lain tampil dalam berbagai insiden yang terjadi di tengah-tengah kaum Muslim, sementara Hizbut Tahrir tidak tampil sebagaimana gerakan-gerakan yang lain ini? Mengapa Hizbut Tahrir tidak memimpin masyarakat dengan idenya (ide Khilafah), sebagaimana gerakan-gerakan yang lain memimpin masyarakat dengan slogan-slogan kebebasan, demokrasi dan hak asasi manusia?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, ada dua hal yang harus diketahui terlebih dahulu: Pertama, realitas gerakan-gerakan Islam yang beraktivitas di tengah-tengah kaum Muslim, dan pandangan Barat terhadap gerakan-gerakan tersebut. Kedua, realitas Hizbut Tahrir dan pangdan Barat serta para penguasa yang menjadi anteknya terhadap Hizbut Tahrir.
Gerakan-gerakan Islam yang bermain di dalam dan di luar negeri-negeri kaum Muslim, tidak keluar dari salah satu empat jenis ini: Pertama, gerakan-gerakan Islam yang menyerukan demokrasi dan kebebasan, serta ikut berpartisipasi politik dalam sistem pemerintahan yang ada, dan mengambil pemikiran Islam secara umum (terbuka) sebagai landasannya, seperti gerakan (Ikhwanul Muslimin) di Mesir, Yordania dan negara-negara lain.
Kedua, gerakan-gerakan Islam yang menyerukan demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia, serta berusaha untuk membangun hubungan baik dengan Barat. Gerakan-gerakan Islam seperti ini tidak menemukan sesuatu yang salah dalam bekerjasama dengan lembaga, badan atau aliansi politik, dan mengambil pemikiran Islam sebagai landasannya, serta berusaha untuk mengambil alih kendali pemerintahan, seperti Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP)-setelah sebelumnya bernama Partai Refah (Kesejahteraan) yang dibubarkan pada 1998-di Turki.
Ketiga, gerakan-gerakan Islam jihadis yang menjadi pemikiran Islam sebagai landasannya. Di antara gerakan-gerakan ini ada yang menyerukan ide kebebasan, demokrasi dan hak asasi manusia; dan ada juga yang menolak ide-ide tersebut, serta mengambil ideologi pemisahan penuh dengan pemikiran Barat. Gerakan jihadis ini terbagi dalam dua kategori: (1) Gerakan jihadis yang bertujuan membebaskan negeri-negeri kaum Muslim dari kekuatan dan serangan kaum kafir penjajah, seperti gerakan jihadis yang ada di Irak, Afghanistan, Pakistan dan Palestina; (2) Gerakan jihadis yang menjadikan jihad sebagai cara meraih kekuasaan, yaitu dengan cara menghancurkan penghalang-penghalang fisik yang menghambat berdirinya pemerintahan Islam, seperti gerakan Jihad Islam di Mesir.
Keempat, partai-partai politik yang menjadikan Islam sebagai landasan berpikir dalam melakukan seluruh aktivitas politik (yakni dalam mengurusi urusan-urusan kaum Muslim), dan berusaha untuk mendapatkan kekuasaan atas dasar Islam. Kelompok ini sama sekali tidak percaya dengan pemikiran (yang bersumber dari ideologi) Barat, dan tidak menerima apapun bentuk partisipasi atau kerjasama dengan kekuatan-kekuatan di luar Islam, atau kekuatan Islam yang menjadikan Barat sebagai sekutunya. Dan kelompok seperti ini hanya ada satu di seluruh dunia, yaitu Hizbut Tahrir.
Saya tidak ingin membahas secara detail tentang realitas gerakan-gerakan ini dan aktivitasnya. Dalam hal ini, sudah ada berbagai hasil penelitian dan buku yang membahas masalah ini, baik itu menyangkut definisi gerakan, atau mereka yang menulisnya. Namun di sini kami ingin fokus pada point tertentu, yaitu sikap media terhadap gerakan-gerakan ini, khususnya Hizbut Tahrir.
Dan sebagai pengantar saya katakan bahwa media terhadap gerakan-gerakan ini memiliki dua sikap: Pertama, memuji dan terus-terus menyorotinya. Kedua, melakukan perang pemikiran dan membuat berbagai tuduhan melalui media, sementara pada saat yang sama melakukan pemboikotan media dan tidak menyorotinya.
Sementara fakta yang sesungguhnya bahwa sikap media-baik internasional maupun regional-terhadap Hizbut Tahrir adalah mencela dan membuat berbagai tuduhan, sementara pada saat yang sama tidak menyorotinya, bahkan lebih dari itu media justru melakukan pemutarbalikan fakta dan pendistorsian terkait Hizbut Tahrir.
Alasan dari semua ini adalah realitas media dan tujuannya di dalam dan di luar negeri-negeri Islam, serta realitas Hizbut Tahrir dan tujuannya. Di mana ide-ide Hizbut Tahrir berbenturan langsung dengan rezim-rezim yang ada di negeri-negeri kaum Muslim, serta berbenturan langsung dengan Barat dan ide-ide kapitalis demokratisnya!
Hizbut Tahrir, seperti yang kita tahu, senantiasa menelanjangi kebobrokan rezim-rezim yang ada di dunia Islam ini tanpa kecuali, serta menuduhnya sebagai antek dan boneka Barat dan entitas Yahudi; Hizbut Tahrir menyerukan dan berusaha untuk menggulingkannya, kemudian mendirikan negara Islam di atas puing-puing reruntuhannya. Hizbut Tahrir juga menelanjangi kebusukan pemikiran Barat, termasuk kebebasan, demokrasi dan hak asasi manusia, serta menelanjangi negara-negara yang tegak di atas pemikiran sampah ini, seperti Amerika, Prancis, Inggris, Jerman dan lainnya.
Jika kita tahu bahwa media-media, baik yang lahir di Barat maupun di negeri-negeri kaum Muslim memiliki tujuan yang sama, yaitu memoles citra pemikiran kapitalis, memperkokoh pilar-pilar negara-negara boneka Barat yang ada di dunia Islam ini, serta menyerukan agar ikut berpartisipasi bersama rezim-rezim boneka yang ada di negeri-negeri kaum Muslim, maka di sinilah kami membuat gambaran tentang kebijakan media ini dan sikapnya terhadap partai idelogis yang berlawanan arus dengan pemikiran Barat, dan berusaha menggulingkan para anteknya di negeri-negeri kaum Muslim, serta berusaha mendirikan pemerintahan Islam, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Barat atau pemikirannya.
Oleh karena itu, saya melihat melalui pengamatan saya terhadap media dan cara media memperlakukan Hizbut Tahrir sepanjang terjadinya berbagai insiden baru-baru ini, bahwa media-media ini, baik cetak, radio maupun televisi, semuanya melakukan pemboikotan penuh terhadap Hizbut Tahrir dan semua aktivitasnya di dunia Islam. Sebaliknya, media justru melancarkan perang pemikiran yang tak kenal lelah terhadap Hizbut Tahrir melalui orang-orang yang menyebut dirinya sendiri sebagai ulama, atau melalui para politisi dan penulis yang sudah teracuni oleh budaya Barat, serta mereka yang ingin mengambil keuntungan materi dari Barat.
Hizbut Tahrir mengadakan long match (masîrah) hampir mingguan di dunia Islam, namun tidak ada satupun media yang berani menyoroti aktivitas-aktivitas ini. Hizbut Tahrir mendistribusikan jutaan nasyrah (selebaran atau bulletin) di negeri-negeri kaum Muslim, dan tidak satu pun media yang memberitakannya. Hizbut Tahrir melakukan kontak hampir setiap hari dengan para pembuat keputusan dan orang-orang berpengaruh, namun tidak ada media yang memberitakan hal ini. Para aktivis Hizbut Tahrir ditangkapi oleh pihak penguasa negara-negara di dunia Islam, puluhan atau mungkin ratusan setiap minggunya, namun tidak ada satu pun media yang memberitakannya, kecuali sangat sedikit sekali. Hizbut Tahrir telah mengadakan konferensi di tingkat internasional, di Indonesia, Sudan dan Lebanon, namun hanya beberapa media yang melaporkannya, dan itu pun sebagai berita yang berlalu begitu saja, tidak ada perhatian, apalagi fokus pada hal itu. Sementara di sisi lain, media-media ini begitu peduli terhadap konferensi pers untuk kaum homoseksual, berita dari kebun binatang, berita tentang selebritis atau berita-berita yang tidak berguna lainnya, bahkan topik mengenal sejarah Hizbut Tahrir tidak ada dipublikasikan oleh media, padahal  beberapa TV channel mempublikasikan secara berseri tentang beberapa kelompok Islam, aktivitasnya, sejarahnya dan lainnya. Bahkan lebih buruknya lagi, bahwa ada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir di beberapa daerah, namun oleh media diberitakan dengan nama kelompok lain, artinya media-media ini akan rela melakukan kebohongan publik jika hal itu terkait dengan Hizbut Tahrir dan aktivitasnya.
Dari sini baru saya akan menjawab pertanyaan, yaitu di mana Hizbut Tahrir terkait insiden Tunisia, Mesir dan lain-lainnya?!
Yang benar, jawaban untuk itu tidak pernah ditemukan di media dari segala jenisnya. Bahkan media secara terbuka tidak henti-hentinya memerangi Hizbut Tahrir. Namun kami katakan kepada masyarakat, dan kami sampaikan sebagai berikut:
  1. Hizbut Tahrir telah mendistribusikan jutaan nasyrah (selebaran atau bulletin) di tengah-tengah berlangsungnya insiden ini. Bahkan nasyrah-nasyrah ini telah sampai ke pusat insiden demonstrasi Tunisia, Yaman, Yordania, Mesir dan lainnya. Lebih dari itu Hizbut Tahrir terus-menerus melakukan kontak dengan masyarakat yang dilakukan secara individual dan kolektif.
  2. Hizbut Tahrir telah menyampaikan pendapatnya dan nasyrah-nasyrahnya kepada semua media yang terkemuka, namun tidak satu pun yang mempublikasikannya.
  3. Hizbut Tahrir telah melakukan kontak dengan ribuan orang di Mesir dan Tunisia melalui jaringan internet dan sarana lainnya yang memungkinkan untuk bisa diaksesnya.
  4. Hizbut Tahrir dan para aktivisnya di Tunisia telah melakukan banyak sekali aksi long match (masîrah), namun tidak ada satu pun media yang mempublikasikannya. Bahkan Hizbut Tahrir telah bekerjasama dengan masyarakat dalam pembentukan komite rakyat untuk melindungi masyarakat dan kekayaannya.
  5. Hizbut Tahrir juga telah mengadakan ratusan seminar, ceramah dan khotbah Jum’at di pusat insiden tersebut, namun sekali lagi tidak ada media yang mempublikasikannya, sekali pun hanya dalam berita berjalan.
  6. Hizbut Tahrir telah mengadakan sejumlah long match (masîrah) dan aksi massa di luar tempat-tempat insiden, di Inggris, Indonesia, Lebanon, Palestina, dan di tempat-tempat lainnya. Ini semua dilakukan untuk menunjukkan sikap Hizbut Tahrir terhadap insiden-insiden tersebut.
  7. Hizbut Tahrir telah berjuang dan berusaha keras untuk memperbaiki langkah-langkah dalam melakukan berbagai protes dan long match (masîrah) atau unjuk rasa dengan mengarahkan masyarakat agar menyempurnakan perjalanan akhir upaya pembebasan dari ketidakadilan ini, dan memberikan cara yang benar untuk mencapainya.
Ini adalah sebagian dari aktivitas nyata yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir di beberapa negeri kaum Muslim. Adapun persepsi dari beberapa orang bahwa Hizbut Tahrir tidak memiliki kemampuan untuk melakukan long march (masîrah) atau demontrasi seperti yang terjadi di Tunisia dan Mesir, maka yang benar, bahwa analog ini adalah salah, dan tidak menunjukkan pada kesadaran yang benar. Sebab aksi long march (masîrah) atau demonstrasi yang berlangsung di Mesir dan Tunisia adalah gerakan massa, dan tidak spesifik dengan arahan tertentu. Aksi itu merupakan gerakan penentangan terhadap ketidakadilan dan pembebasan dari penindasan. Sedangkan para aktivis Hizbut Tahrir adalah seperti orang-orang yang lain dalam hal penolakan terhadap ketidakadilan. Bahkan masyarakat melakukan itu karena terpengaruh apa yang dikatakan oleh Hizbut Tahrir sebelumnya, di mana Hizbut Tahrir menyebut rezim-rezim ini sebagai antek yang senantiasa berkonspirasi, serta begirtu tergantung dengan Barat, dan sebagainya.
Bahkan ada sebagian yang berusaha menjadi kutu loncat untuk memimpin gerakan spontan ini dengan dukungan dan arahan dari media; dan ada pula yang ingin mengarahkan dengan cara lain, namun saya tidak ingin menjelaskan secara detail di sini.
Akan tetapi saya katakan bahwa long match (masîrah) atau demontrasi ini saja, tanpa dukungan dari para pemilik kekuatan dan pengaruh, tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan, sekalipun berhasih mengubah wajah presiden dan rezim. Dan mungkin yang akan menuai buah dari aktivitas massa ini adalah justru orang-orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan insiden-insiden tersebut, seperti dalam revolusi pembebasan yang terjadi di awal abad yang lalu!
Hizbut Tahrir mampu melakukan long match (masîrah) atau demontrasi dengan ratusan ribu massa di beberapa negeri kaum Muslim. Namun ini bukan metode yang ditempuh oleh Hizbut Tahrir. Sebab cara-cara seperti ini target dan tujuannya sangat terbuka, sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, sekalipun massa yang melakukan sangat ikhlas dan spontanitas.
Namun Hizbut Tahrir dalam melakukan aksi long match (masîrah) atau demontrasi selalui dikaitkan dengan tujuannya, tidak boleh tunduk atau diarahkan oleh orang tertentu, seperti di Indonesia ketika melakukan aksi long match (masîrah) sejuta massa di jalanan Jakarta yang menyerukan pembentukan pemerintahan Islam; aksi long match (masîrah) yang diadakan di Sudan yang menyerukan untuk memerangi ide pemisahan Selatan; aksi long match (masîrah) yang dilakukan di Palestina untuk melawan likuidasi masalah Palestina; juga aksi long match (masîrah) yang dilakukan di Lebanon; aksi long match (masîrah) yang dilakukan di beberapa kota di Pakistan; dan aksi long match (masîrah) yang dilakukan di Bangladesh untuk melawan kebijakan Amerika Serikat, dan kerjasama para penguasa dengan Amerika dalam memerangi kaum Muslim.
Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya katakan bahwa tujuan Hizbut Tahrir melakukan aksi long match (masîrah) atau aksi-aksi yang lainnya, bukan untuk meraih kekuasaan, karena cara ini tidak akan bisa meraih kekuasaan, sekalipun berhasil mengubah presiden melalui kekuatan pihak lain. Namun tujuan Hizbut Tahrir melakukan aksi long match (masîrah) ini adalah untuk menyampaikan pemikiran atau memerangi pemikiran; atau mensosialisaikan dakwah dan Hizbut Tahrir di wilayah tertentu. Adapun metode Hizbut Tahrir sudah jelas dan semua orang tahu, yaitu thalabun nushrah (mencari dukungan) dengan cara yang terprogram dan cermat melalui pusat-pusat kekuasaan, setelah mereka yakin sepenuhnya dengan pemikiran dan tujuan Hizbut Tahrir. Dan terkait metode ini, dalam Hizbut Tahrir sudah ada orang-orang yang ditugasinya, mereka masuk dalam “jihâz thalabun nushrah” di mana orang-orangnya tidak dikenalkan pada masyarakat, serta sangat rahasia dalam melakukan aktivitasnya.
Terakhir saya katakan bahwa ide Hizbut Tahrir untuk mendirikan negara Islam di dunia Islam telah menjadi sesuatu yang diyakini oleh sebagian besar kaum Muslim, dan telah menjadi tujuan bagi kaum Muslim. Sungguh ini merupakan karunia yang sangat besar dari Allah. Dan Hizbut Tahrir adalah yang pertama dalam bidang ini. Hanya saja masyarakat belum memiliki kesadaran secara rinci terkait hal ini, serta cara untuk meraihnya, sementara yang ada masih berupa kesadaran umum. Dan saya yakin bahwa hal ini tidak mungkin terjadi begitu saja di tengah-tengah kaum Muslim kecuali melalui pembinaan secara intensif dalam halqah-halqah dan kajian-kajian umum yang terus-menerus dilakukan. Dalam hal ini, betapapun Hizbut Tahrir mengerahkan semua kemampuannya sebelum berdirinya negara, maka kesadaran secara rinci tidak akan pernah sempurna pada kelompok umat kecuali setelah berdirinya negara Islam, hal itu akibat dari perang dan penyesatan yang terencana di negeri-negeri kaum Muslim.
Kami memohon kepada Allah SWT semoga mempercepat berdirinya negara Islam, yang akan menghapus semua racun-racun pemikiran ini, dan menempatkan semuanya pada tempatnya yang benar (Hamad Thabib).
Sumber: pal-tahrir.info, 22/2/2011.

Wednesday, 2 March 2011

TIADA NEGARA ABADI

Pernah saya ditanya oleh teman saya ketika kami ngobrol-ngobrol santai pada waktu itu. Pak menurut anda Indonesia ini kalau seperti ini terus indonesia ini akan terus ataukah berhenti. Waktu itu sambil santai saya tidak langsung menjawab pertanyaan dengan jawaban,” terus” atau “berhenti”. Hal ini tidak saya maksudkan untuk menyulitkan dalam menjawab sebuah pertanyaan. Tetapi ada beberapa tujuan yang ingin saya raih dengan tidak memberikan jawaban secara langsung. Yang pertama saya ingin agar mereka tahu jawabannya berdasarkan analisis dan jalan berpikir mereka sendiri, yang kedua agar merekapun tidak salah dalam menilai sikap saya, dan yang ketiga agar saya sendiri selamat dari pertanyaan-pertanyaan yang barangkali bisa “menjebak” saya dalam dikotomi mendukung dan menentang Indonesia. Saya pribadi membiasakan diri untuk bersikap tidak berdasarkan pendapat suara orang banyak, tetapi berdasarkan pikiran yang jernih dan mendalam, dan siap sewaktu-waktu mengoreksi kesalahan bila menemukan hujjah atau argumentasi yang lebih kuat.
Kemudian saya jawab pertanyaan saya itu dengan cara memberikan pertanyaan balik kepadanya. Anda mau saya jawaban dengan cara apa?  Secara Sosiologi ?(karena saya tahu teman saya ini seorang sosiolog), atau secara fakta Sejarah ?( kebetulan dia juga seorang guru yang mengajar sejarah) atau secara Dalil Qurannya? (karena kami mengajar di sekolah Islam). Dan dengan cepat teman saya tadi segera menjawab, “semuanya aja pak biar lebih lengkap”. “OK,” begitu saya menjawab. Maka mulailah saya jawab secara Sosiologi terlebih dahulu. “Pak, Bapakkan orang Sosiologi pasti kenalkan dengan sosok Ibnu Khaldun?.”  Saya mengawali penjelasan. Ia menjawab, “Ya”. Kalau begitu saya yakin bapak pasti tahu tentang teori pendulum yang dikemukakan Ibnu Khaldum. “Ya”, iapun kembali menjawab.  Sejurus  kemudian ia memperhatikan saya lebih serius. Karena apa yang saya sampaikan telah sangat dipahami oleh kebanyakan ahli Sosiologi. Dalam teori pendulum Ibnu Khaldun yang beliau tulis dalam bukunya yang sangat terkenal “Al Muqodimah” dijelaskan secara ringkas bahwa kekuasaan setiap kaum itu pasti memiliki masa (kurun waktu ) tertentu. Ada masa kelahiran, masa puncak kejayaan, dan masa kemunduran (punah) bagaikan bandul pendulum yang berayun dari dan kembali ketitik nadzir (nol). Dan dalam kenyataanya memang demikianlah faktanya. Ibnu Khaldun mengemukakan teorinya berdasarkan pengalaman hidupnya yang mengalami pergantian kekuasaan beberapa kali, dari satu dinasti ke dinasti yang lain, dari satu rezim ke rezim yang lain. Dari pengalaman hidup itulah lahir teori pendulum yang sangat terkenal di dunia Sosiologi modern. Sampai detik ini teori ini tidak pernah terbantahkan. Sebab pergolakan politik dunia telah membuktikan kebenaran teori ini dengan silih bergantinya pergantian kepemimpinan dipanggung dunia.
Setelah selesai saya menjelaskan secara teori Sosiolog, kemudian saya menawarkan apakah saya akan lanjutkan secara fakta sejarah? Dan teman saya itupun mempersilahkan dengan tetap memperhatikan secara serius. “Pak sebagai guru sejarah, sepengetahuan bapak apakah ada negara abadi di dunia ini?”Begitu saya menanyakan kepada teman saya tadi. Agak sedikit terperangah ia menjawab pertanyaan yang saya ajukan, “eehmmm, tidak, tidak ada” jawabnya. “Begitulah fakta sejarah yang kita ketahui. Tidak ada negara abadi di dunia ini, semua lahir, bangkit, mengalami masa kejayaan, kemunduran dan keruntuhan” Saya menjelaskan. Sriwijaya, muncul, bangkit, jaya, mundur dan runtuh. Majapahit muncul, bangkit, jaya, mundur dan runtuh. Tidak ada yang abadi. Bahkan Khilafah Negara yang diwariskan oleh Rasulullah SAW pun muncul, bangkit, berjaya, mundur dan runtuh. Sekali lagi tiada Negara Abadi di dunia ini, semua punya umur. Kemudian saya menegaskan lagi yang abadi hanya Allah.
Kemudian saya teringat ketika itu tahun sembilan puluh limaan saya mengikuti sebuah pengajian yang waktu itu salah satu pembicaranya adalah KH Yusuf Muhammad Alm. Pengasuh salah satu pondok pesantren di Jember. Gus Yus begitu kami memanggilnya, menjelaskan salah satu ayat Allah yang berbunyi:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati...(QS.3:185)
Beliau menjelaskan ayat ini bukan hanya menyangkut yang berjiwa saja, akan tetapi apapun di dunia ini pasti ada umurnya. Entah bagaimana ceritanya pikiran saya langsung conect dengan keadaan yang waktu itu menjelang akhir dari pemerintahan orde baru. Waktu itu Indonesia memiliki gawe besar yang diberi judul HUT RI ke 50 Tahun “Indonesia Emas”. Lantas logika sayapun mulai mengalir bahwa sesudah emas itu tidak ada lagi logam yang lebih mulia. Dan sejurus kemudian saya mulai khawatir, apa yang akan terjadi setelah negeri ini berada di puncak prestasinya?  Wallahu a’lam dan ternyata kita semua tahu apa yang terjadi setelah tahun sembilan lima. Kita terus terpuruk hingga saat ini.
Kemudian saya mengakhiri jawaban saya kepada teman saya tadi dengan sebuah pertanyaan dan sekaligus peryantaan, “dari uraian saya tadi bapak bisa jawab sendirikan? adakah negara abadi? Pak itulah jawaban saya, kesimpulanya saya serahkan kepada anda.” Kemudian saya tinggalkanteman saya tadi dengan raut muka yang terasa masih berat karena bell tanda masuk kelas sudah berbunyi, yang berarti saya harus meninggalkan forum untuk kembali mengajar di kelas.
Saat ini kita bisa saksikan dari hari ke hari drama keruntuhan beberapa rezim di Arab. Dengan sekuat tenaga beberapa rezim yang lain berusaha untuk tetap hidup seperti di Libya, Yaman dan Yordan. Mereka berusaha untuk mempertahankan kekuasaannya mati-matian. Dan dalam waktu yang bersamaan kondisi yang sama sebenarnya juga terjadi di Amerika. Negara ini dengan susah payah berusaha keluar dari kondisi yang kian memperpuruk keuangannya. Untuk bisa keluar dari kondisi ini Amerika harus menguasai negeri-negeri  lain. Timur Tengah adalah pilihan yang kuat buat Amerika. Mengapa Timur Tengah? karena ada banyak kepentingan Amerika di sana. Pertama Amerika berkepentingan dengan minyak negara-negara Arab untuk menghidupi industri dan alat-alat perangnya, kedua Amerika berkepentingan melindungi  Israel sebagai sang juragan, ketiga adanya ancaman dari rezim-rezim yang selama ini tidak tunduk terhadap Amerika, keempat adanya potensi munculnya kekuatan Islam disana. Semua masalah ini akan selesai bila Amerika bisa menguasai dan mengendalikan Timur Tengah.
“Revolusi Melati” yang terjadi di Timur tengah memang merupakan revolusi yang tak terduga, yang membuat Amerika dan sekutu-sekutunya kelabakan. Kemudian revolusi ini merembet ke Mesir dan di Mesir Amerika berhasil membelokan revolusi menjadi hanya sekedar “Reformasi”. Dan dengan keberhasilan membelokan “revolusi” Mesir, Amerika membuat “Revolusi Rekayasa” untuk menyingkirkan rezim-rezim yang tidak tunduk dengan Amerika selama ini. Seperti Libiya dan Iran. Revolusi di Libiya akhirnya berkembang diluar sekenario Amerika dan pecah menjadi  perang saudara. Nampaknya dalam kasus ini Amerika kurang perhitungan. Revolusi ini berjalan semakin liar takterkendali. Sementara itu disaat yang sama gerakan-gerakan Islam di Timur Tengah saat ini sudah dalam kondisi sangat matang untuk mengambil alih kepemimpinan. Inilah yang tidak disadari oleh Amerika. Ia bermain-main dengan api revolusi, sementara keadaan saat ini sudah berbeda dengan keadaan puluhan tahun yang lalu.
Sedikit melompat, marilah sekarang kita kembali ke beberapa tahun silam melihat kondisi menjelang keruntuhan Unisovyet. Unisovyet saat itu dipimpin oleh seorang pemimpin yang lemah. Michel Gorbachev. Dengan Glasnot dan Prestorikanya Unisovyet dihantarkan  kepada jurang kehancuran akibat salah perhitungan oleh tangan pemimpinya sendiri. Napaknya seperti itulah Allah mengakhiri musuh-musuhnya. Ditumbangkanya Unisovyet justru dari hasil upaya tangan-tangan pemimpin mereka sendiri ketika ingin memperbaiki keadaan.Glasnor dan Prestorika diharapkan membawa angin perubahan yang bisa membangkitkan Unisovyet malah menghantarkan kepada kematiannya. Kembali lagi ke kondisi Amerika,  saat ini kita bisa saksikan Obama adalah sosok yang paling lemah diantara presiden-presiden Amerika. Dengan politik luar negerinya saat ini, Amerika telah membuka peluang kesempatan bagi gerakan-gerakan Islam menyatukan barisan perjuangan. Yang itu tidak disadari oleh Amerika. Dan bisa jadi karena hal ini Amerika pun akan runtuh akibat kesalahan strategi para pemimpinya sendiri. Nampaknya benarlah  Firmankan Allah dalam Al Quran

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Mereka membuat rencana dan Allahpun membuat rencana, dan Allah-lah sebaik-baik pembuat rencana. (QS Ali Imron: 54).

Dari uraian di atas maka kita bisa simpulkan bahwa tiada yang abadi di dunia ini semua dipergilirkan oleh Allah. Maka sekuat apapun rezim-rezim itu mempertahankan kekuasaanya, pasti dan sangat pasti saat kehancuranya pasti tiba. Dan sekuat apapun hegemoni Amerika atas dunia pasti dan sangat pasti akan tiba waktunya Amerika juga akan runtuh.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu ; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya walaupun sesaat dan tidak dapat (juga) memajukannya.(QS.7:34)
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang mengerjakan amal shalih bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan mengokohkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq”. (An-Nuur: 55).

Gejolak di dunia ini ibarat gejolak dan kontraksi otot rahim seorang ibu yang akan melahirkan jabang bayi. Umat (berasal dari kata Umm, artinya Ibu) kini tengah dalam keadaan akan melahirkan. Gejolak kontraksi ini sangat kuat untuk melahirkan jabang bayi yang bernama “Khilafah”. Dan bersiaplah wahai pengemban dakwah kita adalah bidan yang membantu mempercepat persalinan itu agar Khilafah yang dijanjikan  segera lahir untuk menyelamatkan dunia, menghapu s rezim-rezim korup dan dzolim dan membebaskan manusia hingga tegak Islam di bumi ini insyaAllah.