Wednesday, 2 March 2011

TIADA NEGARA ABADI

Pernah saya ditanya oleh teman saya ketika kami ngobrol-ngobrol santai pada waktu itu. Pak menurut anda Indonesia ini kalau seperti ini terus indonesia ini akan terus ataukah berhenti. Waktu itu sambil santai saya tidak langsung menjawab pertanyaan dengan jawaban,” terus” atau “berhenti”. Hal ini tidak saya maksudkan untuk menyulitkan dalam menjawab sebuah pertanyaan. Tetapi ada beberapa tujuan yang ingin saya raih dengan tidak memberikan jawaban secara langsung. Yang pertama saya ingin agar mereka tahu jawabannya berdasarkan analisis dan jalan berpikir mereka sendiri, yang kedua agar merekapun tidak salah dalam menilai sikap saya, dan yang ketiga agar saya sendiri selamat dari pertanyaan-pertanyaan yang barangkali bisa “menjebak” saya dalam dikotomi mendukung dan menentang Indonesia. Saya pribadi membiasakan diri untuk bersikap tidak berdasarkan pendapat suara orang banyak, tetapi berdasarkan pikiran yang jernih dan mendalam, dan siap sewaktu-waktu mengoreksi kesalahan bila menemukan hujjah atau argumentasi yang lebih kuat.
Kemudian saya jawab pertanyaan saya itu dengan cara memberikan pertanyaan balik kepadanya. Anda mau saya jawaban dengan cara apa?  Secara Sosiologi ?(karena saya tahu teman saya ini seorang sosiolog), atau secara fakta Sejarah ?( kebetulan dia juga seorang guru yang mengajar sejarah) atau secara Dalil Qurannya? (karena kami mengajar di sekolah Islam). Dan dengan cepat teman saya tadi segera menjawab, “semuanya aja pak biar lebih lengkap”. “OK,” begitu saya menjawab. Maka mulailah saya jawab secara Sosiologi terlebih dahulu. “Pak, Bapakkan orang Sosiologi pasti kenalkan dengan sosok Ibnu Khaldun?.”  Saya mengawali penjelasan. Ia menjawab, “Ya”. Kalau begitu saya yakin bapak pasti tahu tentang teori pendulum yang dikemukakan Ibnu Khaldum. “Ya”, iapun kembali menjawab.  Sejurus  kemudian ia memperhatikan saya lebih serius. Karena apa yang saya sampaikan telah sangat dipahami oleh kebanyakan ahli Sosiologi. Dalam teori pendulum Ibnu Khaldun yang beliau tulis dalam bukunya yang sangat terkenal “Al Muqodimah” dijelaskan secara ringkas bahwa kekuasaan setiap kaum itu pasti memiliki masa (kurun waktu ) tertentu. Ada masa kelahiran, masa puncak kejayaan, dan masa kemunduran (punah) bagaikan bandul pendulum yang berayun dari dan kembali ketitik nadzir (nol). Dan dalam kenyataanya memang demikianlah faktanya. Ibnu Khaldun mengemukakan teorinya berdasarkan pengalaman hidupnya yang mengalami pergantian kekuasaan beberapa kali, dari satu dinasti ke dinasti yang lain, dari satu rezim ke rezim yang lain. Dari pengalaman hidup itulah lahir teori pendulum yang sangat terkenal di dunia Sosiologi modern. Sampai detik ini teori ini tidak pernah terbantahkan. Sebab pergolakan politik dunia telah membuktikan kebenaran teori ini dengan silih bergantinya pergantian kepemimpinan dipanggung dunia.
Setelah selesai saya menjelaskan secara teori Sosiolog, kemudian saya menawarkan apakah saya akan lanjutkan secara fakta sejarah? Dan teman saya itupun mempersilahkan dengan tetap memperhatikan secara serius. “Pak sebagai guru sejarah, sepengetahuan bapak apakah ada negara abadi di dunia ini?”Begitu saya menanyakan kepada teman saya tadi. Agak sedikit terperangah ia menjawab pertanyaan yang saya ajukan, “eehmmm, tidak, tidak ada” jawabnya. “Begitulah fakta sejarah yang kita ketahui. Tidak ada negara abadi di dunia ini, semua lahir, bangkit, mengalami masa kejayaan, kemunduran dan keruntuhan” Saya menjelaskan. Sriwijaya, muncul, bangkit, jaya, mundur dan runtuh. Majapahit muncul, bangkit, jaya, mundur dan runtuh. Tidak ada yang abadi. Bahkan Khilafah Negara yang diwariskan oleh Rasulullah SAW pun muncul, bangkit, berjaya, mundur dan runtuh. Sekali lagi tiada Negara Abadi di dunia ini, semua punya umur. Kemudian saya menegaskan lagi yang abadi hanya Allah.
Kemudian saya teringat ketika itu tahun sembilan puluh limaan saya mengikuti sebuah pengajian yang waktu itu salah satu pembicaranya adalah KH Yusuf Muhammad Alm. Pengasuh salah satu pondok pesantren di Jember. Gus Yus begitu kami memanggilnya, menjelaskan salah satu ayat Allah yang berbunyi:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati...(QS.3:185)
Beliau menjelaskan ayat ini bukan hanya menyangkut yang berjiwa saja, akan tetapi apapun di dunia ini pasti ada umurnya. Entah bagaimana ceritanya pikiran saya langsung conect dengan keadaan yang waktu itu menjelang akhir dari pemerintahan orde baru. Waktu itu Indonesia memiliki gawe besar yang diberi judul HUT RI ke 50 Tahun “Indonesia Emas”. Lantas logika sayapun mulai mengalir bahwa sesudah emas itu tidak ada lagi logam yang lebih mulia. Dan sejurus kemudian saya mulai khawatir, apa yang akan terjadi setelah negeri ini berada di puncak prestasinya?  Wallahu a’lam dan ternyata kita semua tahu apa yang terjadi setelah tahun sembilan lima. Kita terus terpuruk hingga saat ini.
Kemudian saya mengakhiri jawaban saya kepada teman saya tadi dengan sebuah pertanyaan dan sekaligus peryantaan, “dari uraian saya tadi bapak bisa jawab sendirikan? adakah negara abadi? Pak itulah jawaban saya, kesimpulanya saya serahkan kepada anda.” Kemudian saya tinggalkanteman saya tadi dengan raut muka yang terasa masih berat karena bell tanda masuk kelas sudah berbunyi, yang berarti saya harus meninggalkan forum untuk kembali mengajar di kelas.
Saat ini kita bisa saksikan dari hari ke hari drama keruntuhan beberapa rezim di Arab. Dengan sekuat tenaga beberapa rezim yang lain berusaha untuk tetap hidup seperti di Libya, Yaman dan Yordan. Mereka berusaha untuk mempertahankan kekuasaannya mati-matian. Dan dalam waktu yang bersamaan kondisi yang sama sebenarnya juga terjadi di Amerika. Negara ini dengan susah payah berusaha keluar dari kondisi yang kian memperpuruk keuangannya. Untuk bisa keluar dari kondisi ini Amerika harus menguasai negeri-negeri  lain. Timur Tengah adalah pilihan yang kuat buat Amerika. Mengapa Timur Tengah? karena ada banyak kepentingan Amerika di sana. Pertama Amerika berkepentingan dengan minyak negara-negara Arab untuk menghidupi industri dan alat-alat perangnya, kedua Amerika berkepentingan melindungi  Israel sebagai sang juragan, ketiga adanya ancaman dari rezim-rezim yang selama ini tidak tunduk terhadap Amerika, keempat adanya potensi munculnya kekuatan Islam disana. Semua masalah ini akan selesai bila Amerika bisa menguasai dan mengendalikan Timur Tengah.
“Revolusi Melati” yang terjadi di Timur tengah memang merupakan revolusi yang tak terduga, yang membuat Amerika dan sekutu-sekutunya kelabakan. Kemudian revolusi ini merembet ke Mesir dan di Mesir Amerika berhasil membelokan revolusi menjadi hanya sekedar “Reformasi”. Dan dengan keberhasilan membelokan “revolusi” Mesir, Amerika membuat “Revolusi Rekayasa” untuk menyingkirkan rezim-rezim yang tidak tunduk dengan Amerika selama ini. Seperti Libiya dan Iran. Revolusi di Libiya akhirnya berkembang diluar sekenario Amerika dan pecah menjadi  perang saudara. Nampaknya dalam kasus ini Amerika kurang perhitungan. Revolusi ini berjalan semakin liar takterkendali. Sementara itu disaat yang sama gerakan-gerakan Islam di Timur Tengah saat ini sudah dalam kondisi sangat matang untuk mengambil alih kepemimpinan. Inilah yang tidak disadari oleh Amerika. Ia bermain-main dengan api revolusi, sementara keadaan saat ini sudah berbeda dengan keadaan puluhan tahun yang lalu.
Sedikit melompat, marilah sekarang kita kembali ke beberapa tahun silam melihat kondisi menjelang keruntuhan Unisovyet. Unisovyet saat itu dipimpin oleh seorang pemimpin yang lemah. Michel Gorbachev. Dengan Glasnot dan Prestorikanya Unisovyet dihantarkan  kepada jurang kehancuran akibat salah perhitungan oleh tangan pemimpinya sendiri. Napaknya seperti itulah Allah mengakhiri musuh-musuhnya. Ditumbangkanya Unisovyet justru dari hasil upaya tangan-tangan pemimpin mereka sendiri ketika ingin memperbaiki keadaan.Glasnor dan Prestorika diharapkan membawa angin perubahan yang bisa membangkitkan Unisovyet malah menghantarkan kepada kematiannya. Kembali lagi ke kondisi Amerika,  saat ini kita bisa saksikan Obama adalah sosok yang paling lemah diantara presiden-presiden Amerika. Dengan politik luar negerinya saat ini, Amerika telah membuka peluang kesempatan bagi gerakan-gerakan Islam menyatukan barisan perjuangan. Yang itu tidak disadari oleh Amerika. Dan bisa jadi karena hal ini Amerika pun akan runtuh akibat kesalahan strategi para pemimpinya sendiri. Nampaknya benarlah  Firmankan Allah dalam Al Quran

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Mereka membuat rencana dan Allahpun membuat rencana, dan Allah-lah sebaik-baik pembuat rencana. (QS Ali Imron: 54).

Dari uraian di atas maka kita bisa simpulkan bahwa tiada yang abadi di dunia ini semua dipergilirkan oleh Allah. Maka sekuat apapun rezim-rezim itu mempertahankan kekuasaanya, pasti dan sangat pasti saat kehancuranya pasti tiba. Dan sekuat apapun hegemoni Amerika atas dunia pasti dan sangat pasti akan tiba waktunya Amerika juga akan runtuh.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu ; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya walaupun sesaat dan tidak dapat (juga) memajukannya.(QS.7:34)
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang mengerjakan amal shalih bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan mengokohkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq”. (An-Nuur: 55).

Gejolak di dunia ini ibarat gejolak dan kontraksi otot rahim seorang ibu yang akan melahirkan jabang bayi. Umat (berasal dari kata Umm, artinya Ibu) kini tengah dalam keadaan akan melahirkan. Gejolak kontraksi ini sangat kuat untuk melahirkan jabang bayi yang bernama “Khilafah”. Dan bersiaplah wahai pengemban dakwah kita adalah bidan yang membantu mempercepat persalinan itu agar Khilafah yang dijanjikan  segera lahir untuk menyelamatkan dunia, menghapu s rezim-rezim korup dan dzolim dan membebaskan manusia hingga tegak Islam di bumi ini insyaAllah. 

No comments:

Post a Comment